Opini,
Peran Strategis Kaum Muda
Admin DPD PARTAI GOLKAR BONE
Publikasi Sabtu, 03 Desember 2011
Partai Golkar memiliki sayap pemuda partai yang berfungsi sebagai salah satu sumber utama rekrutmen kader. Mereka, para anak muda itu, yang sebagian besar gerakannya sejalan dengan sejarah gerakan kaum muda yang tidak pernah lepas dari eksistensinya sebagai figur, memberikan kontribusi penting dalam berbagai bentuk partisipasi dan mobilisasi.
Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), yang merupakan corong kaum muda sekaligus sumber kader utama, memiliki tempat strategis dalam program kaderisasi yang dijalankan oleh Partai Golkar. Peran strategis kader kaum muda yang menjadi potensi besar dalam sistem kaderisasi partai akhirnya harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan strategis, isu, dan kepentingan kaum muda saat ini dan masa datang. Sebab, sistem kaderisasi bukan sistem yang mengikuti kepentingan pragmatis, isu nasional yang "datang dan pergi", namun atas kepentingan lebih besar. Kaderisasi bukan semata mobilisasi, tetapi lebih lagi, menanamkan kesadaran tentang jati diri kepartaian.
Sistem kaderisasi tidak sekadar menjawab tantangan masa depan Partai Golkar, tetapi juga masa depan bangsa. Dialektika kepartaian dan kebangsaan akan selalu berjalan dan berkelindan, hingga bertemu pada muara yang sama, yakni bangunan karakter kebangsaan (nation character building). Karakter kebangsaan akan memupuk semangat kebersamaan yang dilandasi kultur kebangsaan, seperti yang diwariskan oleh para pendahulu bangsa ini.
Karena itu, momentum tahun kaderisasi hendaknya mengurai keberhasilan dan kegagalan partai ini dalam memperkuat sendi-sendi dan jati diri kader yang tidak hanya diproduksi dari rahim kepartaian, tapi juga dari kultur kebangsaan. Produk kader yang dihasilkan adalah mereka yang mampu memahami sendi-sendi dan jati diri kebangsaan dan mengamalkannya sebagai character dalam nation.
Indikasi dari keberhasilan itu bisa terlihat dari sejauh mana sistem kaderisasi mengamalkan nilai-nilai dan ideologi karya-kekaryaan; bertindak atas nama rakyat dan memberi manfaat yang nyata bagi kehidupan rakyat.
Momentum kaderisasi ini telah dimanfaatkan oleh Partai Golkar dengan menggerakkan mesin sayap partai (AMPG) sebagai lokomotif kaderisasi. Di pengujung 2010, AMPG telah menghimpun seluruh kekuatan kaum muda dalam lingkungan Partai Golkar untuk menyatukan tekad dan menyiapkan kualitas dan kapasitas kaum muda menyongsong Tahun Kaderisasi.
Pada awal 2011, AMPG mengadakan Jambore Siaga Karya Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, melibatkan 3.000 pemuda dari seluruh Indonesia. Mereka dididik dan dibina dengan berbagai keterampilan demi masa depan mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran ideologis sebagai anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 pun dibangun agar selalu sejalan dengan jati diri kepartaian dan kebangsaan.
Meski demikian, agenda kaderisasi seperti itu tidak akan bermakna lebih, sejauh mereka hanya berhenti pada kegiatan itu saja. Bekal keterampilan dan ideologi hanya menjadi konsumsi pribadi tanpa sosialisasi dan kelanjutan kaderisasi yang didukung segenap elemen kepartaian. Pada gilirannya, tujuan karya nyata tidak akan menyebar sebagai ciri dan identitas Partai Golkar seperti yang diamanatkan oleh sistem kaderisasi itu sendiri.
Pada akhirnya, publik yang akan menentukan sejauh mana program dan agenda kepartaian sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara luas. Paling tidak, program konsolidasi dan kaderisasi telah meminggirkan Partai Golkar dari arena konflik yang dihuni oleh isu-isu pragmatis. Jika konsisten, tahapan-tahapan dari catur sukses berikutnya akan membawa partai ini lebih solid menyongsong kemenangan pada 2014.
Penulis adalah Ketua Umum AMPG
Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), yang merupakan corong kaum muda sekaligus sumber kader utama, memiliki tempat strategis dalam program kaderisasi yang dijalankan oleh Partai Golkar. Peran strategis kader kaum muda yang menjadi potensi besar dalam sistem kaderisasi partai akhirnya harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan strategis, isu, dan kepentingan kaum muda saat ini dan masa datang. Sebab, sistem kaderisasi bukan sistem yang mengikuti kepentingan pragmatis, isu nasional yang "datang dan pergi", namun atas kepentingan lebih besar. Kaderisasi bukan semata mobilisasi, tetapi lebih lagi, menanamkan kesadaran tentang jati diri kepartaian.
Sistem kaderisasi tidak sekadar menjawab tantangan masa depan Partai Golkar, tetapi juga masa depan bangsa. Dialektika kepartaian dan kebangsaan akan selalu berjalan dan berkelindan, hingga bertemu pada muara yang sama, yakni bangunan karakter kebangsaan (nation character building). Karakter kebangsaan akan memupuk semangat kebersamaan yang dilandasi kultur kebangsaan, seperti yang diwariskan oleh para pendahulu bangsa ini.
Karena itu, momentum tahun kaderisasi hendaknya mengurai keberhasilan dan kegagalan partai ini dalam memperkuat sendi-sendi dan jati diri kader yang tidak hanya diproduksi dari rahim kepartaian, tapi juga dari kultur kebangsaan. Produk kader yang dihasilkan adalah mereka yang mampu memahami sendi-sendi dan jati diri kebangsaan dan mengamalkannya sebagai character dalam nation.
Indikasi dari keberhasilan itu bisa terlihat dari sejauh mana sistem kaderisasi mengamalkan nilai-nilai dan ideologi karya-kekaryaan; bertindak atas nama rakyat dan memberi manfaat yang nyata bagi kehidupan rakyat.
Momentum kaderisasi ini telah dimanfaatkan oleh Partai Golkar dengan menggerakkan mesin sayap partai (AMPG) sebagai lokomotif kaderisasi. Di pengujung 2010, AMPG telah menghimpun seluruh kekuatan kaum muda dalam lingkungan Partai Golkar untuk menyatukan tekad dan menyiapkan kualitas dan kapasitas kaum muda menyongsong Tahun Kaderisasi.
Pada awal 2011, AMPG mengadakan Jambore Siaga Karya Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, melibatkan 3.000 pemuda dari seluruh Indonesia. Mereka dididik dan dibina dengan berbagai keterampilan demi masa depan mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran ideologis sebagai anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 pun dibangun agar selalu sejalan dengan jati diri kepartaian dan kebangsaan.
Meski demikian, agenda kaderisasi seperti itu tidak akan bermakna lebih, sejauh mereka hanya berhenti pada kegiatan itu saja. Bekal keterampilan dan ideologi hanya menjadi konsumsi pribadi tanpa sosialisasi dan kelanjutan kaderisasi yang didukung segenap elemen kepartaian. Pada gilirannya, tujuan karya nyata tidak akan menyebar sebagai ciri dan identitas Partai Golkar seperti yang diamanatkan oleh sistem kaderisasi itu sendiri.
Pada akhirnya, publik yang akan menentukan sejauh mana program dan agenda kepartaian sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara luas. Paling tidak, program konsolidasi dan kaderisasi telah meminggirkan Partai Golkar dari arena konflik yang dihuni oleh isu-isu pragmatis. Jika konsisten, tahapan-tahapan dari catur sukses berikutnya akan membawa partai ini lebih solid menyongsong kemenangan pada 2014.
Penulis adalah Ketua Umum AMPG
0 komentar
Readers Comments