Golkar Puisiku,
Petani itu Golkar
Admin DPD PARTAI GOLKAR BONE
Publikasi Jumat, 08 November 2013
Golkarku,
Di pematang sawah,
ketika padi menguning,
dan burung-burung kecil
bersarang di kepala orang-orangan sawah,
aku yang masih kecil
duduk bersama ibu,
mengamati alam
sembari makan.
Ibu mengingatkan:
“Nak, nasinya jangan disisakan,
nanti Pak Tani menangis.”
Beliau mengajarkan aku
menghargai kerja keras para petani,
yang bercucuran keringat
menghasilkan bulir-bulir beras.
Golkarku,
Saat aku besar,
kami pindah ke kota.
Sembari makan,
aku melihat di aneka surat kabar,
terpampang iklan-iklan perumahan,
gedung-gedung pencakar langit
memenuhi desaku kini.
Ibu berkata:
“Nak, jangan habiskan semua makanan,
nanti pengemis menangis.”
Beliau mengingatkan
masih banyak orang-orang lapar
yang seharusnya kami bagi.
Golkarku,
Saat senja,
pengemis itu datang.
Aku mengamatinya,
aku mengenalnya,
dan aku berteriak memanggil Ibu.
“Ibu, pengemis itu adalah Pak Tani yang dulu.”
Kami menangis bersama.
0 komentar
Readers Comments